Ingin Anak Anda Menjadi Jenius?http://salmaartyaputri.blogspot.co.id/
Siapa yang tak bangga memiliki anak jenius dengan segudang
prestasi yang membanggakan? Pada hakikatnya setiap anak
dilahirkan sama, tidak bisa apa-apa dan tidak punya
apa-apa. Yang dapat membuat apakah anak itu bisa
menjadi merah, kuning, biru, jenius, cerdas atau malah biasa-biasa saja tidak
lain adalah goresan tinta yang diberikan dari orang tua dan lingkungan
terdekatnya. Bagaimana upaya orang tua dalam mendedikasikan waktunya,
memberikan perhatian, serius dan kerja keras dalam memberikan pendidikan
yang terbaik untuk anaknya sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan
kegeniusan mereka. Sehingga orang tua manapun seharusnya juga dapat
memiliki Einsten kecil di rumahnya, sebagai generasi cerdas, genius dan
memiliki kepribadian mulia agar mampu bersaing dengan negara-negara hebat
lainnya.
Beberapa hasil studi dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), dalam bukunya : Tips Mencetak Anak Genius Berkarakter Kelas
Dunia, menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal yang harus dilakukan jika
ingin meningkatkan kecerdasan anak dan menjadi jenius, adalah sebagai berikut :
Faktor Kesehatan
- Memberi ASI Eksklusif secara konsisten
Ibu memiliki peran penting dalam kecerdasan anak dengan
menyusui ASI eksklusif. Saat menyusui terdapat ikatan batin yang
kuat antara ibu dan anaknya. Sebuah studi di Belarusia, Eropa
Timur, menemukan bahwa anak yang berusia 6 tahun dan diberi ASI memiliki
IQ lebih tinggi dan nilai lebih tinggi dalam bidang matematika, membaca dan
menulis dibandingkan dengan anak seusia yang tidak diberi
ASI. Hal ini disebabkan dalam ASI terkandung lemak yang
lebih besar dibandingkan dengan susu sapi. Lemak tersebut
berfungsi untuk melindungi sel-sel otak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
- Hindari rokok, minuman keras dan obat terlarang saat hamil
Wanita hamil yang mengkonsumsi rokok, minuman keras
dan obat terlarang akan memiliki anak menderita cacat kemungkinan lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengkonsumsinya.
Penelitian yang dimuat di Journal of American Medical Association menyebutkan
bahwa 14 % anak yang ibunya mengkonsumsi kokain saat hamil memiliki IQ dibawah
70 (nilai standar IQ 70-130), dan 38 % memiliki perkembangan yang
lambat.
- Berhati-hati terhadap bahan pestisida saat kehamilan
Pestisida yang biasa digunakan pada produk pertanian
merupakan senyawa kimia yang sangat rentan mempengaruhi tumbuh kembang anak
sejak dalam kandungan. Hal ini dikarenakan dapat mempengaruhi
perkembangan otak yang berkaitan dengan kecerdasan anak. Menurut penelitian,
anak-anak yang terkena pengaruh pestisida saat di kandungan memiliki IQ
lebih rendah 1,4 persen dibandingkan anak yang tidak terkontaminasi pestisida.
- Tidak memiliki berat badan yang berlebihan
Penelitian yang dilakukan di Universitas Temple,
Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat menyatakan bahwa anak yang
memiliki berat badan berlebih (obesitas) memiliki kemampuan membaca dibawah
anak yang memiliki berat badan normal. Hasil penelitiannya juga
menunjukkan bahwa mahasiswa obesitas memiliki IPK lebih rendah daripada
mahasiswa yang memiliki berat badan normal. Hal ini dikaitkan
dengan tingkat kehadiran mereka yang rendah dan tingkat keterlambatan yang
tinggi.
- Menghindari Junk Food
Untuk tumbuh kembang anak agar lebih optimal sebaiknya
menghindari makanan junk food, makanan berkadar lemak tinggi dan makanan tidak
sehat lainnya. Sebaliknya, perbanyaklah makanan sehat dan
bergizi tinggi yang dapat membantu meningkatkan perkembangan kecerdasan dan
motorik anak, terutama bayi yang belum genap dua tahun.
- Membiasakan untuk sarapan pagi
Sarapan pagi ternyata sangat membantu dalam
belajar. Seorang anak yang sarapan pagi akan memiliki ingatan
lebih baik, mampu berkonsentrasi lebih baik dan mampu belajar lebih cepat
dibandingkan anak yang tidak sarapan sama sekali.
- Usia ayah hendaknya tidak terlalu tua saat memiliki anak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia ayah yang terlalu
tua ketika memiliki anak akan mempengaruhi perkembangan neurokognitif pada
anak. Anak akan lebih mudah terkena resiko gangguan saraf, seperti
autisme, skizofrenia, disleksia dan penurunan kecerdasan.
Sedangkan anak yang lahir ketika usia ayahnya sekitar 20 tahun-an akan memiliki
nilai 3-6 poin lebih tinggi pada tes IQ nya daripada anak yang lahir ketika
usia ayahnya berumur dua kali lipat dari 20 tahun.
Faktor Pembentukan Karakter
- Melatih anak menjadi penyabar
Para ilmuwan menilai bahwa menjadi genius bukan sekedar
memiliki IQ tinggi. Tetapi juga dilihat dari faktor
kesabaran, tidak mudah emosi dan tidak cepat puas dengan apa yang telah
dicapainya. Penelitian ini menunjukkan anak-anak tersebut
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak sabaran.
Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pengertian bahwa proses itu lebih
penting daripada hasil akhir, sehingga anak terbiasa untuk bersabar dan tidak
instan dalam mencapai hasil akhir.
- Melatih anak untuk mandiri
Salah satu cara melatih kemandirian anak adalah dengan cara
membiasakan mereka untuk melakukan tugas-tugas dalam kehidupan
sehari-hari. Pembiasaan ini lebih baik bila dimulai ketika
anak berusia 2 atau 3 tahun. Misalnya bagaimana cara berpakaian sendiri,
makan dan minum sendiri, membereskan mainan sendiri. Ketika
mereka berusia 4-5 tahun pembiasaan dapat dilakukan, misalnya dengan
mengikatkan tali sepatu sendiri, mengancingkan baju sendiri, dan
lain-lain. Hal ini nampak biasa bagi orang dewasa, tetapi bagi
anak-anak bila mereka merasa telah mampu mengerjakan hal yang dilakukan oleh
orang dewasa maka dia akan semakin terpacu untuk melakukan hal lain yang belum
dikuasainya.
- Mengembangkan kepercayaan diri
Anak-anak yang genius biasanya memiliki tingkat kepercayaan
diri lebih tinggi dibandingkan dengan anak seusianya.
Kepercayaan diri ini biasanya timbul ketika mereka bisa melakukan sesuatu yang
belum pernah terbayang sebelumnya bahwa mereka bisa melakukannya dan mereka
juga dapat melakukan sesuatu yang orang lain tidak bisa melakukannya, apalagi
jika mereka dapat mengalahkan seseorang yang usianya lebih tua diatas mereka.
Faktor Aktivitas sehari-hari
- Kurangi menonton televisi
Sebuah studi menunjukkan bahwa sebanyak 30 % anak memiliki
televisi di kamar tidur dan 59 % anak menonton acara televisi lebih dari dua
jam sehari. Padahal terlalu lama menonton televisi tidak baik bagi
perkembangan kognitif dan otak anak.
- Kurangi bermain komputer dan video game
Sebuah studi menunjukkan bahwa anak yang menghabiskan waktu
lebih dari dua jam perhari untuk bermain video game dan komputer mendapat skor
9,4 % lebih rendah daripada anak yang tidak bermain video game ataupun
komputer.
- Berlatih alat musik untuk peningkatan kemampuan verbal
Bermain musik erat kaitannya dengan
kecerdasan otak. Anak yang memiliki kemampuan memainkan piano, alat
gesek atau alat musik lainnya memiliki skor 15 % lebih tinggi dalam kemampuan
verbal dibandingkan dengan anak yang tidak bisa memainkan alat
musik. Hal ini menunjukkan korelasi antara kemampuan bermain
musik dengan kemampuan verbal serta IQ seorang anak.
- Memperkenalkan kosakata sebanyak mungkin dan bahasa asing
Kemampuan linguistik yang sangat baik merupakan salah satu
tanda bahwa seorang anak genius. Diantara sekian banyak
anak genius di dunia, sebagian besar ternyata memiliki kemampuan linguistik
yang sangat baik. Oleh karena itu orang tua dapat mengembangkan potensi
anaknya dengan cara memperkenalkan kosakata baru setiap harinya, baik dari
bahasa ibu maupun bahasa asing. Kemampuan linguistik ini juga dapat mendorong
anak untuk membaca buku sebanyak mungkin untuk memenuhi kehausannya akan ilmu
pengetahuan.
- Membuat anak suka membaca
Bagi sebagian besar anak membaca merupakan hal yang
membosankan. Oleh karena itu perlu dukungan dan bimbingan orang tua
dalam melatih baca sehingga membaca merupakan hal yang menyenangkan bagi
mereka. Orang tua yang suka membaca akan menunjukkan kepada
anak-anak mereka bahwa membaca itu adalah hal yang menyenangkan, menarik dan
bermanfaat. Berdasarkan penelitian, anak-anak yang
dibesarkan dalam rumah yang dipenuhi buku akan mencapai sekolah hingga ke
jenjang tinggi daripada mereka yang tidak.
- Mendidik anak melalui PAUD
Selain dididik oleh orang tua di rumah, anak juga memerlukan
interaksi sosial dengan teman sebayanya. Mereka dapat
diikutkan pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sehingga akan membantu
anak untuk melatih emotional quotient (EQ) dan mengetahui potensi yang dimiliki
anak sejak usia dini.
- Melakukan permainan asah otak
Orang tua tidak bisa memaksakan anaknya untuk
belajar. Bila mereka sudah merasa tertekan justru
belajar akan menjadi momok yang menakutkan bagi mereka, bukan sesuatu yang
menyenangkan. Empatilah dengan dunianya anak, yaitu
bermain. Sehingga agar dapat merangsang dan mengasah pertumbuhan
otak anak, perkenalkanlah mereka dengan permainan edukatif, seperti catur, teka
teki silang, sudoku dan jenis permainan edukatif lainnya. Dengan demikian otak anak
selalu berkembang ke arah yang positif.
- Cermat memilih mainan
Pemberian mainan yang tepat mampu membantu perkembangan
kecerdasan anak. Oleh karena itu bila orang tua mau memilihkan
mainan hendaknya bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai
media edukasi untuk memberi stimulan bagi perkembangan kognitif, motorik dan
kreatifitas anak.http://salmaartyaputri.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar